Wednesday 31 December 2014
Sunday 21 December 2014
CERITA MEDAN DUKUNG LOCAL TALENT
Cerita Medan |
Seringkali “Apa kabar?”
refleks terucap ketika seseorang bertemu dengan orang lain. Entah itu untuk
sekadar menyapa atau sebagai pertanyaan pembuka untuk memulai sebuah
pembicaraan. Namun, agak berbeda memang dengan kita yang tinggal di Kota Medan,
“Apa kabar?” rasanya sudah tergantikan dengan “Apa cerita?”. Lewat dua kata
yang terdengar simpel ini bisa lahir sangat banyak cerita, bahkan kurasa melebihi
ragam opera sabun di televisi. Iya kan?
Wahyu Blahe. Aku memang
baru mengenalnya secara langsung beberapa waktu lalu. Dia seorang yang kreatif
dan cerdas menggunakan media sosial. Bagaimana tidak? Saat kebanyakan orang
memilih media sosial sebagai tempat menumpahkan kegalauannya, rasa marah, rasa
lapar, rasa ingin, dan sejenisnya, Wahyu justru bisa menjadikannya sebagai tempat
berinteraksi dan aktif berbagi informasi dengan para followers. Jangan heran kalau akhirnya dia sukses menjadi buzzer!
Buzzer
yang dulunya bekerja sebagai jurnalis di salah satu media online Kota Medan ini juga merasa sangat akrab dengan dua kata
sapaan khas tadi. “Di kantor pun dulu, kalau bos nanya mengenai liputan atau
perkembangan terbaru, selalu bilang ‘Apa cerita?’ Ya, cerita Medan-lah,”
ujarnya. Dari situ pulalah muncul ide untuk berbagi informasi dengan orang lain
melalui media sosial. Wahyu memulainya dari twitter
@ceritamedan sejak 31 Agustus 2011 lalu hingga sukses membangun portal berita
sendiri, yaitu ceritamedan.com yang sudah bisa diakses sejak Agustus 2012
kemarin.
Hingga saat ini, followers twitter @ceritamedan sudah
lebih dari 172 ribu orang dan ceritamedan.com pun tampaknya tak pernah sepi
pengunjung. Tak mengherankan memang, karena baik twitter maupun portal beritanya benar-benar mampu mengakomodir
keingintahuan orang banyak tentang Medan, entah itu ragam kuliner, komunitas,
profil, tempat wisata, dan event seru
yang akan berlangsung di Kota Medan.
Sejak 2002 aktif
sebagai pengguna internet membuat Wahyu Blahe benar-benar menikmati perannya
sekarang sebagai buzzer sekaligus founder “Cerita Medan”. Sstt, dia bahkan sudah sering diundang
menjadi pembicara di beberapa seminar. Hehehe.
Baginya, @ceritamedan dan ceritamedan.com adalah wadah yang tepat untuk
memperkenalkan Kota Medan ke mata dunia sebagai kota yang berbudaya. Apalagi ibukota
Sumatera Utara ini juga memiliki banyak talent
muda berbakat dan juga komunitas mantap. Oleh karena itu, salah satu fokus
utama ceritamedan.com pada 2015 mendatang adalah tegak terus menjadi
portal yang mendukung local talent. Sukses!
CERITA MEDAN --- "Kiblatnya Info Cerita Tentang Medan"
Friday 19 December 2014
RINDU SERUPA KOPI
Kopi, Buku, Rindu, dan Senja |
Tenggelam tapi tak mati. Kopi dan senja adalah sejoli yang mampu membuatku merasakannya. Sore itu, kuseduh kopi robusta di cangkir kuning kesayanganku dengan air yang baru saja mendidih. Hitam pekat kopinya jadi terlihat manis meski nyatanya pahit. Lidahku masih belum terbiasa dengan kelatnya. Sedikit gula tak akan menghilangkan kenikmatannya kan? Kudengar, kandungan kafein kopi robusta lebih tinggi dibandingkan kopi arabica. Tapi kalau soal aroma, arabica mengalahkan robusta.
Jauh di atas sana, mega berpendar kemerahan bagaikan perempuan yang tersipu malu karena digoda oleh kekasihnya. Aku tersenyum menyaksikannya, penasaran bagaimana kelanjutan kisah itu.
Asap-asap tipis masih meliuk bebas di atas kopiku. Kuseruput pelan-pelan. Aromanya menenggelamkanku. Pahitnya yang agak tersamarkan oleh sedikit gula menggelitik tenggorokan. Angin berdesir menyentuh pipiku. Aku menghela napas dalam-dalam sambil memejamkan mata sebentar lalu kembali hanyut dalam pelukan senja. Sulit mendapati keheningan dalam kebisingan dunia ini. Makanya, tak mau kulewatkan waktu itu. Saat yang tepat untuk mengosongkan diri dari segala hal. Hanya ada satu yang masih meringkuk dalam kepalaku. Namamu.
Apakah kau merindukanku? Aku berusaha menjawabnya tapi akan terasa palsu jika bukan kau yang langsung mengatakan padaku. Lagipula aku tak mau salah menerka. Pikiranku tampaknya sudah bersiap berkelana bebas menuju ke mana kau berada. Buru-buru kutepis. Ah, aku ini kenapa?
Rupanya rindu serupa kopi. Pahit tapi menganakkan candu. Syukurlah, senja masih belum pergi. Sekali lagi aku menghela napas dalam-dalam. Kalau tidak, mungkin pahit akan mencekikku saat tenggelam oleh rindu. Kopi dan senja adalah sejoli yang tepat untuk menjaga hati yang dipenuhi tanya dan sekelebat rindu yang suka muncul diam-diam.
SEMUT DAN RUMOR
Pantas saja Amsal katakan, pergilah kepada semut, perhatikan lakunya dan jadilah bijak.
Semut dan Rumor |
Siang tadi aku mengambil air minum di dapur. Sembari meneguk air dari gelas, mataku menangkap gerak-gerik yang tak baru sebenarnya, tapi kali ini berhasil menarik perhatianku. Aku mengamat-amati sederet makhluk kecil berbisa (apakah aku berlebihan? Hhihi) berwarna merah kecokelatan yang bergerak tanpa suara (di telingaku). Mereka tampak berjejer menapaki dinding keramik (?) dapurku. Ya, semut. Jangan pikir mereka terlalu kecil kalau sekadar membuatmu merasakan sakitnya sebuah cubitan tipis tapi bengis. No! Itu keahlian mereka.
Entah itu apa namanya, kulihat seperti antena serupa tanduk di kepala mereka yang dipakai untuk mengapit dan membawa bekal makanan. Beban bawaan mereka tentu saja tak lebih mini dari tubuh mereka. Tapi gerak mereka lincah.
Tiba-tiba saja seekor dari antara mereka terjatuh. Mungkin dia pusing karena baru bertengkar dengan kekasihnya. Atau bisa saja dia belum makan seharian karena makanannya direbut si ketua geng. Hmm, atau bagaimana kalau rupanya dia hanya lelah? Siapa yang tahu? Meski begitu, tak ada tanda-tanda kegalauan sedikit pun. Dia langsung sigap melangkah lagi.
Tahu apa yang sempat melintas di pikiranku? Rumor tentu malu pada semut. Bagaimana tidak? Rumor bilang, “Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi..” (Silakan teruskan).
Semut-semut itu, hmm, mereka pejuang.
Labels:
amsal,
butiran debu,
menulis,
motivasi,
rumor,
sekar,
sekarbersajak,
semut
Wednesday 10 December 2014
CINTA YANG SESUNGGUHNYA
God is Love |
Sudah sangat jauh aku berlari meninggalkan-Mu
Sudah berulang kali aku mengingkari janjiku
Sudah entah berapa maaf yang selalu kuucapkan
Lalu entah berapa kali pula aku melukai-Mu lagi dan lagi
Tanpa kusadari, setiap hari aku mencambuk-Mu sampai berdarah
Belum lagi bilur-Mu sembuh
Sudah kucucuk lagi dengan paku
Sudah berulang kali aku mengingkari janjiku
Sudah entah berapa maaf yang selalu kuucapkan
Lalu entah berapa kali pula aku melukai-Mu lagi dan lagi
Tanpa kusadari, setiap hari aku mencambuk-Mu sampai berdarah
Belum lagi bilur-Mu sembuh
Sudah kucucuk lagi dengan paku
Aku membagi cintaku dengan yang lain
Tak mengakui-Mu sebagai satu-satunya Pemilik hatiku
Aku bersenang-senang dengan duniaku dan mengacuhkan-Mu begitu saja
Tak kubiarkan Kau mencampuri urusanku
Aku menutup telinga atas apa pun yang Kau katakan
Kuanggap itu bak hembusan angin
Sedetik saja menyentuh pipiku lalu hilang
Tak mengakui-Mu sebagai satu-satunya Pemilik hatiku
Aku bersenang-senang dengan duniaku dan mengacuhkan-Mu begitu saja
Tak kubiarkan Kau mencampuri urusanku
Aku menutup telinga atas apa pun yang Kau katakan
Kuanggap itu bak hembusan angin
Sedetik saja menyentuh pipiku lalu hilang
Sampai akhirnya aku tenggelam dalam sumur yang kugali sendiri
Aku menangis dalam gelap
Tinggal sebentar lagi, siap jadi makanan belatung
Aku mencari pertolongan
Tapi tak seorang pun yang datang
Aku kencang berteriak
Namun mereka acuh bagaikan si tuli
Tinggallah aku seorang diri dalam lubang kengerian ini
Tak berdaya
Aku pasti akan mati
Tinggal sebentar lagi, siap jadi makanan belatung
Aku mencari pertolongan
Tapi tak seorang pun yang datang
Aku kencang berteriak
Namun mereka acuh bagaikan si tuli
Tinggallah aku seorang diri dalam lubang kengerian ini
Tak berdaya
Aku pasti akan mati
Masih menangis tertunduk, tiba-tiba kurasakan sebuah pelukan
Engkau yang kutinggalkan, rupanya Kau yang datang menolongku
Entah ke mana mau kutaruh mukaku ini
Sungguh aku malu pada-Mu
Tapi sorot mata-Mu penuh kelembutan menatapku dalam-dalam
Kau pun mengusap air mataku, membelai rambutku, memelukku, dan kata-Mu:
“Aku tak akan pernah meninggalkanmu. Aku memaafkanmu. Aku mengasihimu selamanya. Kau sungguh berharga di mata-Ku.”
Engkau yang kutinggalkan, rupanya Kau yang datang menolongku
Entah ke mana mau kutaruh mukaku ini
Sungguh aku malu pada-Mu
Tapi sorot mata-Mu penuh kelembutan menatapku dalam-dalam
Kau pun mengusap air mataku, membelai rambutku, memelukku, dan kata-Mu:
“Aku tak akan pernah meninggalkanmu. Aku memaafkanmu. Aku mengasihimu selamanya. Kau sungguh berharga di mata-Ku.”
Kau lalu membawaku keluar dari kegelapan yang menakutkan itu
Menggendongku menuju jalan yang benar
Lalu Kau mengajariku tentang arti sebuah cinta yang sesungguhnya
Menggendongku menuju jalan yang benar
Lalu Kau mengajariku tentang arti sebuah cinta yang sesungguhnya
Labels:
cinta,
cintasejati,
poem,
poetry,
puisicinta,
sajak,
sastra,
sekar,
sekarbersajak
Monday 8 December 2014
YUK, HARGAI DIRI SENDIRI LEBIH DULU!
motivasi |
Kalau kata Abraham
Maslow, setiap manusia punya lima basic
needs, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan perlindungan, rasa cinta,
harga diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan akan harga diri (self-esteem) adalah salah satu yang
terpenting. Setiap orang pengen dihargai dan dapat pengakuan dari orang lain
supaya lebih bisa mengeksplor dirinya. Tapi nih, bukan cuma dari orang lain
aja, penghargaan atas diri sendiri juga nggak kalah penting lho!
Hargai dirimu lebih dulu sebelum menuntut orang lain melakukan hal serupa.
Semangaaatt!
Labels:
Abraham Maslow,
basic needs,
life,
menulis,
motivasi,
sekar,
tips
Subscribe to:
Posts (Atom)