Wednesday 18 March 2015

BELAJAR DARI ALAM

Pasir Putih Parbaba. sekarbersajak - Sevi
  Alam tidak pernah angkuh
Alam tidak pernah angkuh
Bagaimana kalau alam sudah enggan merengkuh manusia?

Pasir Putih Parbaba. sekarbersajak - Sevi
Tidak mau lagi membagi kehangatannya
 Tidak mau lagi membagi keindahannya
Tidak mau lagi membagi kesejukannya

Pasir Putih Parbaba. sekarbersajak - Sevi
 Bagaimana kalau air tak mau lagi bersahabat?
Bagaimana kalau air mengamuk dan meluap marahnya?
Bagaimana kalau hanya ada gulungan ombak besar sepanjang waktu?

Pasir Putih Parbaba. sekarbersajak - Sevi
Alam tidak pernah angkuh
Alam masih mau berbagi
Alam tidak penuh amarah





[Foto ini kuambil pada pertengahan tahun 2012 lalu di Pasir Putih Parbaba, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara]

Tuesday 17 March 2015

BILA LIDAHKU KELU...

Mata. sekarbersajak - Sevi

 "Bila lidahku kelu, izinkan mata ini yang sampaikan maksudnya."

Bagaimana jika kau bertanya dan aku hanya diam? Menarik napas dalam-dalam, mencoba memberi jawab, namun gagal. Kuulang lagi dan gagal lagi. Mataku menatap matamu dalam-dalam. Cuma itu yang kulakukan. Maafkan aku bila itu terjadi. Bukan sengajaku, hingga nampak seolah tak acuh dengan tanyamu. Hanya, lidahku kelu. Tak ada yang mengikatnya, tak ada yang memarahinya. Lidahku kelu. Itu saja. Sulit melisankan maksud hati.

Jika itu terjadi, jangan marah padaku. Izinkan mata ini yang sampaikan maksudnya. Kau akan membaca apa yang terpendam dalam hati pun kepalaku. Mungkin sulit bagimu mengartikannya. Tapi kuharap kau mengerti.



MENEPI DARI KERAMAIAN

 sekarbersajak - Sevi

Aku menepi dari keramaian
Lelah dengan segala kepalsuan
Dengan alam aku mau berkawan
Bersama alunan musik yang menenangkan
------------------ 

Bising. Dunia ini penuh dengan bualan yang memekakkan telinga. "Aku lelah!" Dian setengah berteriak sambil menutup telinga dengan kedua tapak tangannya. Ruangan itu kosong. Namun, dia seperti mendengar suara ramai yang entah berasal dari mana. Seperti ada yang gaduh, terisak, dan sebagian lagi cekikikan. Dian keluar dari sana dan berlari menjauh. Pikirannya semrawut. Kakinya lalu mengayun dan menghantarnya masuk dalam keheningan yang indah. Alam menyambutnya, meski nampak diam. Memberi ruang bagi Dian membenahi pikirannya yang sudah bak benang kusut. "Sungguh baik alam ciptaan-Mu." Dian menghirup napas dalam-dalam sambil membatin.

 

Friday 13 March 2015

AKU MENYAPAMU

Sekar Bersajak - Sevi

Menyapa tanpa suara
Lewat foto tak berwarna
Tak apa kan?
Biar kentara warna yang tersirat dalam air mukaku 

Jika bahagia adalah warna
Berapa warna yang terlihat?
Hai..
Aku menyapamu.

Thursday 12 March 2015

NYANYIAN ANGIN




Semesta selalu bisa menjadi kawan bercerita. Angin salah satunya.

Mega kemerahan di ufuk barat mulai melambai-lambai hendak berpamitan. Sebentar lagi langit berbintang. Aku masih duduk di genting rumahku sambil menikmati senandung angin. La la la la. Dia seolah tak mau berhenti menggodaku. Tak puas, lalu dia mendekat dan berbisik. "Katakan padaku, apa kau sedang jatuh cinta?" Aku langsung tertawa mendengarnya. Tak tahu harus memberi jawab apa. "Entahlah." Aku menjawab dalam hati. Bukan tak mau berterus terang. Aku hanya belum punya jawabannya.

Angin bergeser sambil membelai rambutku, kemudian ia melanjutkan nyanyiannya. La la la la.. Na na na na.. Kali ini terdengar lebih merdu. Kupejamkan mata. Pelan-pelan mencari jawaban atas tanya angin barusan.