Monday 24 November 2014

AKU DAN AKU YANG LAIN

Aku lemah menepiskan sisi hitamku yang jahat
Dia giat menggeliat ingin menguburku
Aku seperti mati akal tak mampu melampauinya
Aku bagaikan hilang kaki
Merangkak pun tak bisa
Aku terkurung di sini
Jeritanku siapa yang menyahuti

Tuhan, tolong aku


----------------
16 April 2013 

APA JUDUL PUISI INI?



Tanpa sengaja tanganku menyentuh hidungku
Ah, bau bawang
Tadi siang aku menggoreng ikan
Lalu menyambalnya
Ada bawang sebagai penyedapnya
Sudah ku sabun tanganku
Tak hanya sekali
Bukan pula dua kali
Tiga kali pun tak cukup
Tapi berkali-kali
Ah ya, ku rasa begitu
Tapi kenapa bau bawang masih menempel
Tercium
Sengaja ku cium
Nanti biar ku rendam saja lagi dengan air sabun

Dan kamu
Hah!
Tanpa sengaja aku mengingatmu
Kamu bukan bawang
Ha ha ha
Tapi kamu seperti bau bawang yang menempel

Aku bertemu denganmu
Langsung lekuk wajahmu terekam jelas di benakku
Kau sungguh rupawan
Terang saja aku terpesona
Diam-diam aku mengintaimu dari jauh
Seperti pemburu
Ya, sebut saja begitu
Aku memang sedang berburu
Kamu buruanku
Apa aku buru-buru?

Dan…
Baiklah.
Kali ini aku cemburu
Kamu sudah punya pacar?
Ah!

Tuhan, tolong aku
Aku harus melepasnya dari buruanku
Kucoba
Tak hanya sehari
Bukan pula dua hari saja
Tiga hari pun tak cukup
Sampai berhari-hari
Tapi aku masih saja mengingatnya

Kupikir…
Apa otakku pun harus ku rendam air sabun?
Ha ha ha


--------------------
16 April 2013

MAUKAH KAU MEMAAFKANKU?



Maafkan aku ketika aku seperti tak punya hati melukaimu. Ini adalah seduhan maaf terdalam dari hati untukmu,...

Bukan bohongku kalau ku bilang kau indah

Percayakah kau?
Tak sedikit pun ada takutku saat berada di sampingmu
Tawaku pun sesukanya saja berhamburan keluar
Tak rasa malu sedikit pun
Air mataku pun mana kau izinkan jatuh biar setitik
Bisa ku rasa betul aku ini punya arti untukmu
Ah, semoga itu bukan perasaanku saja

Percayalah, aku tak sedang membual
Aku bahagia bersamamu

Lalu di depan gerbang ketika malam itu
Setengah malu-malu tapi berusaha yakin
Kau menyuguhiku satu tanya
“Tahun-tahun sudah berlalu, sejak saat aku mengenalmu lalu aku jatuh cinta. Aku telah menunggu begini lama. Bisakah kita menenun kisah-kasih asmara itu?”
Sejujurnya, aku sudah menebak isi tanyamu
Andai kau tau, itu adalah tanya tersulit bagiku ketika itu

Sepuluh hari lalu melenggak pergi
Kemudian aku beri jawaban atas tanyamu
Aku bilang, “Iya”

Seharusnya hati ini milikmu setelah “iya” itu
Bisakah kau maafkan aku karena aku tak menjadikannya demikian?
Sudah ku coba
Ternyata aku tak cukup mahir menciptakan rasa itu untukmu
“Cinta”

Percayakah kau?
Ketika itu aku tak mencintaimu
Tapi bukan ku tak menginginkanmu
Apakah aku egois?
Aku tau jawabanmu pasti “iya”
Bisakah kau maafkan aku?

Tapi
Jangan berpikir aku bahagia meninggalkanmu
Aku tak ingin melakukannya, tidak
Jangan berpikir aku tak menangis saat aku tau kau kecewa
Jangan pikir aku menari-nari saat hatimu hancur
Tidak, tak demikian

Aku menarik jemariku dari tanganmu bukan karena tak suka
Sulit aku mengatakannya
Pahamkah kau tentang mau tapi tak bisa?
Aku mau mencintaimu
Tapi gagal melakukannya
Percayalah, sudah ku coba

Aku tak sedang membual
Aku kehilanganmu sebagai bagian terindahku
Aku merindukan setiap waktu bersamamu dulu
Ketika aku bebas membagi mimpiku denganmu
Dan kau tanpa enggan menemaniku mengejarnya
Walau mimpi itu seperti tak mungkin

Salahkah bila kita kembali berkawan?

Aku tak mau kau pupuk kecewamu sampai berbuah sekelebat benci
Rasanya bagaikan aku ini dicucuk bisa sana-sini
Aku  bisa tercekik lalu akan kehabisan napas

Kenapa kau menghindari tatapanku?
Kenapa kau enggan membagi kata denganku?
Belum keringkah lukamu karena aku?
Aku bisa merasakannya
Maukah kau memaafkanku?

Tuhan, tolong aku
Cabutlah semua kepahitannya yang sempat tertanam karenaku dulu

Aku bukan ingin mengusik bahagiamu saat ini, tidak
Cuma mau benar-benar berdamai dengan masa lalu


-----------------------
 18 April 2013


SADAR




Taruhlah hati ini terdayuh
Pastilah dia tahu ke mana akan mengayuh

Lalu benarlah aku dihampirinya
Serasa malam pun hendak menelan, aku menangis dibuatnya

Ada ombak besar yang nyaris membuat kapalku karam
Tinggal sedikit lagi, pasti aku mati tenggelam

Hatiku rupanya tak mau terkubur bersama perih
“Sadarlah ke mana harus mengayuh,” ujarnya lirih