Thursday 30 October 2014

AKU TAK MAU MATI





Stop cela aku!

Kau masuk celah hatiku
Celakanya, aku celangap[1] terbuai
Ah, ternyata kau celam-celum[2] hatiku
Sesukamu saja celampakkan[3] aku

Sebegitu lemahkah aku?
Ataukah kau yang terlalu liar menghantamku?
Aku terpelanting sakit karena tingkahmu
Kau begitu tega mencabikku tanpa ampun

Hatiku ini punya rasa
Kenapa kau tusuk dia?
Aku bisa mati
Aku tak mau mati



[1] Celangap             : ternganga
[2] Celam-celum       : keluar-masuk dengan bebas
[3] Celampak            : mencampakkan

Monday 27 October 2014

SENANDUNG UNTUK LANGIT




Hei, Langit...
Tak jemu aku menantimu
Ini, dengarlah alunan suaraku

Bagai senduduk jadi ramuan ampuh
Mauku senduku kau obati biar ku tak rapuh

Bagai air jadi pelepas dahaga
Mauku hatiku kau sirami lalu tetap jaga

Bagai mawar jadi penghias yang elok
Mauku cintaku kau belai biar ku tak terseok


Sunday 26 October 2014

AKU TAK BERNYALI MENDEKATIMU




Bak darmakelana[1] hendak mengadar[2] di cinta
Ku temukanmu dengan radarku
Dar! Dar! Dar!
Seketika aku sadar, mustahil hatimu jadi sandarku

Kau duduk di singgasana megah
Aku apalah, tak berbekal sandang mewah
Lusuh tak layak bermegah
Mana mungkin kita bersanding

Bila aku coba mendekatimu, tentu salah
Ku rasa aku hanya akan disergah
Makanya aku pilih menyerah
Biar dikata aku tak bernyali, ku tak bantah



[1] Darmakelana      : pengelana
[2] Mengadar           : singgah

INI BUKAN KEBIASAANKU, SAYANG




Bilur ini belum lagi luntur
Kau kucur lagi dengan tutur tajam
Hati?

Semalam aku duduk dalam gelap
Ini bukan kebiasaanku
Demi menanti-nantikan datangmu, ku lakukan
Semalaman aku duduk dan tak terlelap

Embun di dedaunan sudah hilang
Kau belum juga pulang
Sudah entah kali ke berapa waktu berselang
Dari balik jendela aku terisak malang
Sekali lagi, ini bukan kebiasaanku

Dalam kilauan senja aku beranjak
Aku menandaimu walau dari kejauhan sini, Sayang
Sudah siap-siap aku memelukmu mengobati rindu
Ketika dari balik punggungmu ada senyum yang mencintai air mataku
Siapa perempuan yang kau bawa pulang?
Hati?

Tak cukup kau mencekikku dalam kepedihan
Kau lalu membantah aku ini cintamu
Setan apa yang merasukimu, Sayang?
Kenapa kau terlalu elok menjadi pembunuh?
Kau menyabikku seperti lembu
Dalam tangisku yang pilu, ku hantam kau dengan tapak tangan dan jemariku
Padahal ini bukan kebiasaanku

Baiklah, Sayang
Aku pergi
Terlalu menjijikkan bagiku berpayung bersama bidadari hitammu itu!