Cinta - Sekar |
Pelan-pelan hujan pun kian pelan,
tak sederas tadi lagi. Kuizinkan alunan musik pelan memenuhi ruangan ini, tempatku
mengetikkan kata demi kata. “Hujan mengingatkanku akan waktu yang terbuang
dengan cinta yang tak berhasil,” ujar seorang teman ketika kutanya tentang
sebuah kenangan yang menghampirinya kala hujan turun.
Terang saja kicauan itu langsung
mengundang satu lagi tanyaku kepadanya. Memangnya apa cinta itu? Ia bilang
cinta itu ialah kepedulian. Mana mungkin cinta berhasil bila hanya seorang saja
yang berjuang dan ya, kegagalan itu nyata ia rasakan. Seorang teman lagi pun langsung
menimpali. “Setuju! Itu betul! Itu betul!” serunya penuh semangat sambil mengarahkan
telunjuk kepada temanku yang tadi, tanda ia amat-teramat sepakat.
Ia lantas menceritakan tentang kecewa
yang dicecapnya lantaran pasangannya lebih memilih menghabiskan seluruh waktu bersama
para kawan dan seolah melupakan dirinya. “Dia tak bisa sehari saja tanpa
bertemu temannya, tetapi bisa sangat lama tidak menemuiku, bahkan mencari pun
tidak,” keluhnya. Ia pun mengatakan bahwa kondisi ini hampir membuatnya
menyerah akan hubungan mereka. “Aku sempat minta putus,” katanya. Matanya
sedikit nanar memang, tetapi tak bisa ditampik bahwa ada segumpal sendu di
balik sana.
Seorang lainnya berkata bahwa cinta itu ialah pengorbanan
dan bahagia. Penasaran, maka aku pun lanjut bertanya apakah makna cinta yang
terucap itu benar terasa? Agak ragu ia menjawabnya. “Seharusnya cinta itu
hidup,” sahutnya. Suaranya memelan. “Ketika cinta sudah mati, maka pernikahan
hanyalah keharusan,” terangnya kemudian.
Tak pernah habis cerita tentang
cinta. Tanyakanlah kepada orang-orang di kitaranmu, maka ia akan membaginya
bagimu. Hanya, setiap orang bisa jadi berbeda jawab, tergantung apa yang ia
lihat apa yang ia rasa.
Cinta - Sekar |
Sesungguhnya cinta itu indah,
tetapi di tengah dunia yang kian porak poranda, kian banyak pula yang tak lagi
mencecap keindahan itu, justru luka yang didapatnya. Masihkah cinta itu cinta?
Ataukah ia memang samar sudah?
Cinta yang sesungguhnya itu sabar, murah hati; ia tidak meluap dengan kecemburuan, tidak membual, juga tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Cinta itu tidak angkuh, tidak kasar, ia tidak memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya saja, tidak juga cepat tersinggung, pula tidak dendam.
Ia tidak beria-ria karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Cinta itu bertahan menghadapi segala sesuatu dan mau percaya ada yang terbaik pada setiap orang. Cinta berarti berpengharapan dan sabar menantikan segalanya.
Masihkah cintamu itu cinta? Ujilah.