Wednesday 7 September 2016

Rindu yang Kesampaian

Berkat & Sevi
Wedding
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi

Ini satu kisah. Tentang sebuah rindu yang kesampaian. Pernikahan.
 
wedding
Aku suka bunganya, sesuai yang kupesankan ^^

Pada 20 Juli 2016 lalu, aku mencatatkan sebuah doa yang kupanjatkan. Isinya begini:

Kiranya Engkau, ya Allah, berkenan menyediakan anggur manis di hari pernikahan kami nanti. Bahkan ketika sampai hari ini pendeta yang akan memberkati kami juga belum tersedia, kepada-Mu sajalah, ya Allah aku berharap – kami berharap.

Upayaku memaksakan kehendak hanya memperburuk situasi, bahkan aku dan orang tuaku sampai adu mulut lantaran tak kuasa menahan emosi saking khawatirnya. Kiranya Engkau menolongku mengendalikan diri, ya Allah. Dan biarlah hati kami seluruhnya penuh dengan Roh-Mu agar kami mampu bersukacita dalam mempersiapkan segalanya.
Kiranya Engkau pun berkenan memberikan cuaca yang baik nanti, ya Allah, juga para undangan yang bersama-sama dengan mereka, kami boleh bersukacita. Hadir ataupun tidak orang-orang yang kami harapkan, kiranya tidak mengurangi sukacita kami, ya Allah. Izinkanlah sukacita kami tetap penuh karena menikmati kehadiran-Mu di sepanjang hari kami, pun di acara pernikahan kami nanti.Kepada-Mu, ya Allah aku berserah dan berharap. Berilah anggur manis itu bagi kami. Amin.

***

Tuhan hadir. Kenyataan terindah yang kurasakan saat hari pernikahanku kemarin (5/8).
Pagi-pagi benar, kira-kira pukul empat subuh, saat udara dingin Kabanjahe masih terasa betul menyapu kulit lantaran matahari masih lelap, kami sudah mesti bergegas memersiapkan diri untuk pernikahanku dengan Berkat Laksana Panggabean yang akan dilangsungkan hari itu. Sebenarnya mata masih agak berat. Pasalnya, tidur pun payah betul malam tadi karena perasaan sudah campur aduk. Kalau aku tak salah mengingat, lewat pukul dua dini hari pun, mataku masih belum berhasil memejam.

Sebelum ditelan serentetan acara yang mau dikerjakan segera, aku dan (calon) suamiku, mengambil waktu untuk berdoa berdua lebih dulu pagi itu. Kemudian mandi, dilanjutkan dengan sesi rias pengantin yang makan waktu hampir dua jam baru kelar.

sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi (make up)
wedding
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
wedding
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
wedding
Sevi

Sebelum memulai acara tukar bunga di rumah dan berangkat ke gereja untuk ibadah pemberkatan, lalu lanjut ke jambur untuk pesta adat, para kerabat menyuruh kami sarapan lebih dulu. Kupilih untuk menyeruput teh manis hangat saja, sebab kadung terbiasa tidak makan nasi kalau masih di bawah jam sembilan begitu. Sebenarnya kalau mengingat akan sangat banyak rentetan acara yang bakal dijalani hari itu, agak ngeri jika tidak mengisi perut dengan nasi lebih dulu, tapi mau bagaimana, perutku menolaknya. Roti kosong yang sudah kuminta dibeli pun, paling-paling hanya dua kali sobek sanggup kujejali ke mulutku. Coba kupaksakan, malah mual yang datang. Ah, daripada para undangan jadi berpikiran aneh-aneh kalau mendapatiku muntah-muntah sebelum acara itu, kan bahaya. Hahaha. *Konyol ya pikiranku?*


wedding
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
wedding
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
wedding
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi (tukar bunga)

Berbekal sarapan teh manis hangat sepertiga gelas Duralex panjang, diiringi doa tentu saja, aku menghela napas, semoga Tuhan memampukanku melewati hari ini dengan baik. Usai tukar bunga di rumah, kami menuju GBKP Runggun Kota Kabanjahe, tempat di mana pemberkatan pernikahan dilangsungkan.

sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
wedding
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
wedding
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
GBKP Rg. Kota Kabanjahe. Tuhan beri cuaca cerah hari itu.

sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
wedding
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
wedding
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi

“Perkawinan di Kana” yang tercatat di Injil Yohanes pasal dua menjadi bahan khotbah yang dibawakan oleh Pendeta Devi Siskawati Br. Sembiring. Spontan, senyumku tak bisa kubendung. Ada haru, takjub, dan bahagia yang mengaliriku seketika itu juga. Ini kan kisah tentang anggur manis yang Yesus sediakan pada waktu menghadiri perkawinan di Kana.



"Sayang, ada anggur manis," bisikku pada kekasihku, terpana. Memoriku langsung bergerak menuju Juli kemarin, waktu dalam doaku aku meminta kepada Tuhan, biar Dia memberikan anggur manis pada hari pernikahanku. Mana aku menyangka sama sekali, bahkan melalui khotbah yang disampaikan pun, Tuhan mau menyuguhkannya bagi kami. “Terima kasih, Tuhan,” dalam hati ku menyeru, tanpa bisa kukecut senyumku. Sebuah mukjizat!





“Sebenarnya saya kurang mahir berkhotbah memakai Bahasa Indonesia,” ujar Pendeta Devi sambil tertawa kecil pada kami waktu konseling pra nikah tempo hari di kantor klasis GBKP Kabanjahe. Lama melayani jemaat di salah satu desa dekat kaki Gunung Sinabung, membuatnya menjadi lebih fasih berbicara dengan Bahasa Karo dan mulai agak kesulitan menemukan padanan kata yang enak jika harus mengenakan Bahasa Indonesia.

Terus terang, pengakuan Pendeta Devi itu sempat bikin pikiranku hampir-hampir mengkhianatiku. Resah kalau-kalau pesannya tak tersampaikan dengan baik. Tapi kembali lagi, menyerahkan segalanya dalam kendali Tuhan adalah yang terbaik bisa dilakukan untuk mengusir khawatir itu.

Pendeta Devi Br. Sembiring
Secara khusus memang, kami memintakan kepada runggun gereja agar liturgi pernikahan kami memakai Bahasa Indonesia, meski lazimnya di Kabanjahe, GBKP pasti menggunakan bahasa daerahnya. Alasan kami, yaitu (calon) suamiku berasal dari suku Batak Toba, tentu akan kesulitan mencerna, bahkan tidak akan paham sama sekali kalau bahasa Karo yang disampaikan. Sebuah anugerah yang luar biasa pula, sebab liturgi kemudian dibuat berbahasa Indonesia hampir seluruhnya, hanya pada lagu-lagu pujian saja dipadukan dengan bahasa Karo. Pun, Pendeta Devi dengan luwes menyampaikan khotbahnya dari mimbar, mengenakan bahasa Indonesia dan pesannya pun tersampaikan. Pokoknya, Tuhan bikinku tersenyum terus hari itu. Thank You, Lord.


Pernikahan Berkat & Sevi - Liturgi pernikahan
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi

Tema yang dipilih pun sangat menarik menurutku. Termasuk ketika Pendeta Devi membukakan tentang sebuah fenomena yang sering terjadi di tengah masyarakat waktu menghadiri pesta pernikahan. “Apa yang sebenarnya paling menarik perhatian kita?” lantang ia meluncurkan tanya, kemudian sejurus kemudian disodorkannya pula beberapa kemunginan-kemungkinan yang bisa jadi jawaban. Dan memang ya, itu realita.

Ketika menghadiri suatu pesta pernikahan, seringkali banyak orang amat getol memerhatikan makanan yang disajikan si empunya pesta, baju yang dikenakan orang lain, koor, atau barangkali dekorasi, dan lain sebagainya. Kemudian jika makanan kurang enak, itu bisa jadi bahan olokan, misalnya. Makanya, tak heran kalau yang akan mengadakan jamuan juga ikut pusing untuk memersiapkan hal-hal itu, sampai menguras begitu banyak energi, emosi, pun materi. Padahal toh meskipun dibuat semegah mungkin, paling-paling hanya akan disanjung selama beberapa waktu saja. Selepasnya, orang pun akan kembali lupa. Lalu kenapa ya, kita kok mau-maunya dipusingkan dengan persoalan remeh-temeh begitu?

Banyak hal yang Tuhan sampaikan hari itu lewat Pendeta Devi, termasuk tentang kehidupan pernikahan. Memang bukan sebuah jalan senang lempeng tiap waktu yang Tuhan tawarkan, bukan hidup tanpa beban secuil pun. Lika-liku rumah tangga, jelas pasti ada. Hanya, yakin dan percaya bahwa di tengah kesulitan sekalipun, Tuhan hadir. Ia sungguh teramat peduli dengan pernikahan. Kapan saja anak-Nya memerlukan pertolongan, Ia hadir di sana. Mencukupkan segala yang diperlukan, tidak pernah terlambat walau sedetik.


Hal yang mustahil bagi manusia, mungkin bagi-Nya. Yesus mengubah air menjadi anggur pada sebuah pesta pernikahan di Kana, di mana anggur bagi para tamu habis sudah, sementara pesta masih belum usai. Bayangkan masalah yang mungkin terjadi hari itu, jika tak ada lagi anggur yang disodorkan ke hadapan undangan. Lihat, betapa pentingnya sebuah pernikahan dalam pandangan-Nya.

Setiap detik waktu menuju pemberkatan kudus pernikahan kami hari itu begitu dalam terasa olehku. Kunikmati kehadiran Tuhan di sana bersama-sama dengan kami. Tidak sedetikpun Ia meninggalkan. Sampai pendeta memanggil kami berdua menuju altar, jantungku mulai berdegup lebih kencang. Pada hari-hari sebelumnya, ada rasa takut yang sedikit mencubitku. Bagaimana kalau saking berdebar-debar hati ini, lantas lupa janji nikah yang hendak disebutkan nanti. Puji Tuhan, kata demi kata lancar terucap, sebab Tuhan tuntun.

Iban luka-Na maka kita enggo malem



Mengucapkan ikrar pernikahan. Haru + bahagia aku mendengarnya.
Mengucapkan ikrar pernikahan. Momen menakjubkan.


Pemberkatan pernikahan - Berkat & Sevi

“Saya Sepfiany Evalina Br. Ginting mengambil engkau, Berkat laksana Panggabean sebagai suamiku dan dengan ini berjanji menerima engkau dalam senang maupun susah, dalam sehat maupun sakit, dalam suka maupun duka. Saya berjanji untuk menjaga kekudusan pernikahan kita sampai Allah memisahkan kita melalui kematian,” ujarku di hadapan seluruh jemaat yang hadir, pendeta, (calon) suamiku, dan yang terutama di hadapan Allah. Bergantian kami ucapkan sambil berjabat tangan dan menatap mata satu sama lain dalam-dalam. Sebuah ikrar pernikahan di hadapan Allah, bukan sembarangan diucap untuk dilupakan. Dan dalam menjalani kehidupan rumah tangga – yang memang baru seumur jagung ini – secara luar biasa, Allah memelihara kami dengan janji nikah tersebut.
wedding
Di altar
Tukar cincin
wedding
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi

Pemberkatan pernikahan hari itu menjadi momen yang begitu kudus dan manis. “Aku sudah menjadi isteri. Kami sudah menikah,” berulang kali kalimat itu menggema di hatiku, yang lagi-lagi bikinku bolak-balik tersenyum.  Syukur, haru, dan bahagia tak terkira banyaknya. Kuyakin raut muka ini amat cerah waktu itu, secerah cuaca Kabanjahe hari itu. Yes, cuaca yang baik pun Tuhan berikan.
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi

Setelah seluruh rangkaian ibadah tuntas dilakukan, sebentar disempatkan foto bareng keluarga dan kolega sebelum bergerak menuju jambur dari gereja. Tidak bisa berlama-lama memang, lantaran acara adat juga bakal padat betul. Adat Karo dipadu dengan adat Tapanuli. Jadi, setiap detik waktu harus dimaksimalkan. Meskipun sebenarnya aku masih ingin lebih banyak lagi foto yang bisa ditangkap mata kamera sewaktu di gereja.

Keluar gereja, suamiku sempat mengambil camilan konsumsi undangan tadi, biar bisa kami makan sembari perjalanan ke jambur. Lumayanlah untuk mengganjal perut. Apalagi tadi juga cuma sarapan ala kadarnya.



Tuh, camilan yang sempat diambil

sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi

Setibanya di jambur, tanpa ba-bi-bu, kami langsung diboyong untuk secepat bisa mengganti pakaian. Banyak detail adat Karo pada baju pengantin turut ditambahkan, termasuk tudung atau tutup kepala pada pengantin perempuan. Iya, itu dipasangkan di kepalaku, yang beratnya, uh, sukses betul membuat kepala ini nyut-nyutan tidak kepalang.
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
Umurku udah hampir 25 kok
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi (pasang tudung)
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
wedding - karo
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
wedding
Tatapan kamu itu lho, sayang..
Usai tata rias, masuklah acara adat.
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
wedding - karo
Ini kocak. Haha.. Ada Doraemon
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi

Baru memasuki satu jam pertama, ingin buru-buru kucopot tudung itu dari kepalaku, sudah tak tahan lagi menanggung nyeri dan panas di kepala saking beratnya kurasa. Apalagi di kening bagian kiri. Duh, minta ampun. Seperti ditusuk-tusuk. Dalam hati, tak henti kupanjatkan doa, semoga Tuhan mengizinkanku mengikuti rangkaian acara adat tersebut sampai tuntas, meski sakit di kepala la terkataken nari - tak lagi terungkapkan.

“Jangan sampai pingsan, ya Tuhan,” pintaku, lalu sedapat mungkin memasang wajah semringah terus sepanjang acara. Muka kecut tidak menolong meluapkan nyut-nyut itu sama sekali, jadi untuk apa juga kan? Hehehe.. Memang, sakitnya tidak hilang sampai akhir acara, tapi Tuhan hadir di sana menguatkanku. Syukurlah, pada foto-foto yang diabadikan pun, kulihat hampir seluruhnya wajah kami berseri-seri. 


Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (Disawer amang simatua)
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (Disawer amang sama inang)
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (Disawer bapak)
Gantian, aku yang dapat saweran dari bapak. Haha
Nyanyi dua lagu. Satunya judulnya "Seh manisna"
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pada ngeliatin kita nyanyi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
Ini bikin degdegan juga. Nyanyi depan undangan, sementara nggak pandai nyanyi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi. Paling senang lihat muka ketawa begini.
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (Menarinya juga baru belajar)
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (sambil ngobrol)
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (lagi landek/nari, bisa cekikikan begini. Hhi)
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (Ini lagi, ekspresinya itu loh.. Hhi)
Pernikahan Berkat & Sevi - keponakan kesayangan. Ece panggilannya.
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (Suk-suk/ jongkok)
Landek/ menari - Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (bagi-bagi tukur)
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
ini udah kelaparan kali sebenarnya, cuma perut ketekan longtorso
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
Dapat Manuk Naiatur dari tulang dan mami (special request)
Ulos dari tulang dan mami (Simalungun)
Ulos dari tulang dan mami (Simalungun)

Sungguh teramat lega luar biasa, Tuhan menopangku menjalani pesta adat hari itu sampai selesai. Waktu tudung dilepas, ada benjolan di kening kiriku. Menjadi penanda sampai dua tiga hari setelahnya bahwa pesta pernikahan kemarin begitu luar biasa… hahha.. luar biasa lelahnya, nyut-nyutannya, tapi lebih luar biasa lagi penyertaan Tuhan sepanjang acara. Ada berlimpah sukacita.

Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi)
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi)
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi)
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi)
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi)
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi)
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi)
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi)

***

Aku memerhatikan foto-foto pernikahan kami yang jumlahnya hampir tiga ribu file. Tersenyum aku mendapati banyak senyum di sana. Oh, Tuhan, terima kasih.. Hhihi..

Pelaminan pernikahan - Berkat & Sevi
Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi

Serius, ini ekspresinya kocak semua.. kecuali aku. Hha














Bapak, Berkat, Sevi, Mamak

Apalagi waktu menengok fotoku dan suami bersama bulang dan tigan (orangtua bapak), hehehe. Beberapa waktu sebelumnya, bulang sempat sakit dan mengharuskannya beristirahat total, bahkan sempat pula terpaksa dirawat di klinik. Saat sudah dibawa pulang pun, beberapa kali bulang mengerang seharian lantaran sakit tak tertahan di sekujur tubuhnya. Terang saja, pikiran bapak menjadi terbelah ke persiapan pernikahan puteri sulungnya, juga kondisi bulang – ayahnya. Jangankan bapak, aku saja jadi kepikiran.

Bulang, Berkat, Sevi, tigan

Kekhawatiranku nyaris tak bisa kubendung. Bagaimana kalau sampai di hari pernikahanku nanti, bulang masih sakit? Jalannya pesta pernikahan tentu akan.. ah,…

Pada waktu itulah, aku pun semakin menyadari bahwa Allah-lah pemilik hari esok. Kita manusia hanya bisa merencanakan, namun tetap Allah yang punya kuasa atas segalanya. Hari itu bulang yang sakit, tapi entah apa lagi yang akan terjadi sepanjang hari menuju pernikahan kami, tidak seorangpun tahu dan tidak seorangpun mampu mengendalikan, hanya Allah saja. Bergantung dan berpengharapan kepada Allah adalah satu-satunya cara untuk tetap tenang.

Dan melihat foto berempat itu, jelas bikinku kembali tersenyum. Betapa Tuhan baik bagi kami.

***



Catatan Sipil

Pernikahan adalah sesuatu yang kunantikan sudah sejak lama. Aku mau menikah, ingin menantikan Tuhan menghadirkan pria yang tepat ke sisiku dan menyatakan waktu yang tepat. 
Pada 25 Mei 2014 lalu, di acara “Family Day” Perkantas se-Sumbagut yang diadakan selama tiga hari berturut-turut di Parapat, di sanalah momen pertemuanku dengan suamiku untuk pertama kalinya. Waktu itu, dia adalah salah satu peserta dari Padang (disertakan dalam wilayah Sumbagut – Sumatera bagian Utara) dan aku turut serta dari Medan.

wedding
Hold my hand

Banyak hal yang kami pelajari bersama sepanjang proses penantian, termasuk soal ketekunan dalam berdoa, mengenali karakter pasangan dan diri sendiri, keterbukaan, kejujuran, kesetiaan, kesabaran, penerimaan, pengampunan, dan yang terutama adalah tetap menikmati hadirat Tuhan di tengah perasaan yang bergejolak. Kadang terasa sukar lantaran kedagingan menggeliat tak kenal lelah. Namun, di situ pulalah belajar dan belajar. Kalah pernah, tapi bersyukur sekali, sebab Tuhan terus mengingatkan untuk bangkit kembali dengan berbagai cara, misalnya melalui Firman, juga melalui kawan-kawan penyokong rohani.

Sepanjang proses hubungan ini, tidak melulu ceria yang memeluk kami hari lepas hari. Air mata pun pernah datang mengaliri, bahkan hampir menenggelamkan tanpa peduli sesak kami. Namun, di sana pulalah, aku – kami, benar-benar mengalami pertolongan Tuhan yang selalu tepat waktu. Tidak pernah sekalipun dibiarkan-Nya kami sampai kehabisan napas.
***

Pernikahan Berkat & Sevi
Pernikahan Berkat & Sevi
Hari ini, usia pernikahan kami baru sebulan lebih sedikit. Masih cencen betul dan masih hangat-hangatnya kalau kata orang. Iya, pengantin baru. Hehehe.. Bersyukur, sebab Tuhan langsung menyediakan KTB Pasutri (Kelompok Tumbuh Bersama Pasangan Suami-Isteri) dari Perkantas bagi kami. Tak cuma itu, tepat tanggal 5 September kemarin – sebulan pernikahan ini, kami diajak ikut KKR Pasutri yang diadakan oleh CMNI di sini. *Oya, kami tinggal di Pekanbaru sekarang* Rasanya itu menjadi kado yang manis dari Tuhan. Hhii..

Pada hari itu, kami berkesempatan melihat hubungan pasutri senior (sudah berumur 40an) yang sangat hangat dan penuh keromantisan kalau aku bilang. Sebuah pemandangan yang sungguh indah kan, melihat suami-isteri berpelukan dengan penuh kasih mesra, tanpa terpaksa sama sekali. Di sana, kami kembali diingatkan bahwa pernikahan ialah sebuah Rancangan Ilahi, pun diingatkan lagi tentang peran suami dan isteri yang Allah nyatakan dalam Efesus 5:22-33.

Kubagikan ayat 33-nya di sini ya:

Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.

Sampai detik aku menuangkan kisah ini pada lembar ini, aku masih teramat bersyukur sebab Tuhan mempertemukanku dengan pria yang kini menjadi suamiku. Aku mengasihinya dan menikmati pernikahan kami. “Keterkejutan-keterkejutan” kecil menjadi pemanis dan bahan pembelajaran bagi kami berdua untuk saling menerima dan mengajari. Dan, pernikahan penuh kasih seperti inilah yang sudah sejak lama kunantikan. Inilah rindu yang kesampaian itu. 


Semoga kasih Kristus terus melingkupi keluarga kecil kami, sebab hanya karena-Nya, kami bisa terus bertumbuh dan dimampukan mengasihi pasangan, meski dengan segala perbedaan dan ketidaksempurnaan kami. Amin.


Nyanyian Kami

Sungguh kami kagum karya-Mu
Penuh kasih mesra tiap hari tanpa jemu
Kami saksikan bagaimana kisah ini manis Kau ramu

Dan bawalah ya, Tuhan
Kami masuk dalam pernikahan
Saling mengasihi sampai kesudahan
Runtuhkanlah segala keakuan, pun keangkuhan
Biarlah nama-Mu kami muliakan ya, Tuhan



**Sebuah puisi yang ditulis pada 15 Juni 2016 lalu.

No comments:

Post a Comment