|
Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
Ini satu kisah. Tentang sebuah rindu yang kesampaian. Pernikahan.
|
Aku suka bunganya, sesuai yang kupesankan ^^ |
Pada 20 Juli 2016 lalu, aku
mencatatkan sebuah doa yang kupanjatkan. Isinya begini:
Kiranya Engkau, ya Allah, berkenan menyediakan anggur manis di hari
pernikahan kami nanti. Bahkan ketika sampai hari ini pendeta yang akan
memberkati kami juga belum tersedia, kepada-Mu sajalah, ya Allah aku berharap –
kami berharap.
Upayaku memaksakan kehendak hanya memperburuk situasi, bahkan aku dan
orang tuaku sampai adu mulut lantaran tak kuasa menahan emosi saking
khawatirnya. Kiranya Engkau menolongku mengendalikan diri, ya Allah. Dan
biarlah hati kami seluruhnya penuh dengan Roh-Mu agar kami mampu bersukacita
dalam mempersiapkan segalanya.
Kiranya Engkau pun berkenan memberikan cuaca yang baik nanti, ya Allah,
juga para undangan yang bersama-sama dengan mereka, kami boleh bersukacita.
Hadir ataupun tidak orang-orang yang kami harapkan, kiranya tidak mengurangi
sukacita kami, ya Allah. Izinkanlah sukacita kami tetap penuh karena menikmati
kehadiran-Mu di sepanjang hari kami, pun di acara pernikahan kami nanti.Kepada-Mu, ya Allah aku berserah dan berharap. Berilah anggur manis itu
bagi kami. Amin.
***
Tuhan hadir. Kenyataan terindah yang kurasakan saat hari pernikahanku
kemarin (5/8).
Pagi-pagi benar, kira-kira pukul
empat subuh, saat udara dingin Kabanjahe masih terasa betul menyapu kulit
lantaran matahari masih lelap, kami sudah mesti bergegas memersiapkan diri
untuk pernikahanku dengan Berkat Laksana Panggabean yang akan dilangsungkan
hari itu. Sebenarnya mata masih agak berat. Pasalnya, tidur pun payah betul
malam tadi karena perasaan sudah campur aduk. Kalau aku tak salah mengingat,
lewat pukul dua dini hari pun, mataku masih belum berhasil memejam.
Sebelum ditelan serentetan acara yang
mau dikerjakan segera, aku dan (calon) suamiku, mengambil waktu untuk berdoa
berdua lebih dulu pagi itu. Kemudian mandi, dilanjutkan dengan sesi rias
pengantin yang makan waktu hampir dua jam baru kelar.
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi (make up) |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
Sevi |
Sebelum memulai acara tukar bunga di
rumah dan berangkat ke gereja untuk ibadah pemberkatan, lalu lanjut ke jambur
untuk pesta adat, para kerabat menyuruh kami sarapan lebih dulu. Kupilih untuk
menyeruput teh manis hangat saja, sebab kadung terbiasa tidak makan nasi kalau
masih di bawah jam sembilan begitu. Sebenarnya kalau mengingat akan sangat
banyak rentetan acara yang bakal dijalani hari itu, agak ngeri jika tidak
mengisi perut dengan nasi lebih dulu, tapi mau bagaimana, perutku menolaknya.
Roti kosong yang sudah kuminta dibeli pun, paling-paling hanya dua kali sobek
sanggup kujejali ke mulutku. Coba kupaksakan, malah mual yang datang. Ah, daripada
para undangan jadi berpikiran aneh-aneh
kalau mendapatiku muntah-muntah sebelum acara itu, kan bahaya. Hahaha. *Konyol
ya pikiranku?*
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi (tukar bunga) |
Berbekal sarapan teh manis hangat
sepertiga gelas Duralex panjang, diiringi doa tentu saja, aku menghela napas,
semoga Tuhan memampukanku melewati hari ini dengan baik. Usai tukar bunga di
rumah, kami menuju GBKP Runggun Kota Kabanjahe, tempat di mana pemberkatan pernikahan
dilangsungkan.
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
GBKP Rg. Kota Kabanjahe. Tuhan beri cuaca cerah hari itu. |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
“Perkawinan di Kana” yang tercatat di
Injil Yohanes pasal dua menjadi bahan khotbah yang dibawakan oleh Pendeta Devi
Siskawati Br. Sembiring. Spontan, senyumku tak bisa kubendung. Ada haru,
takjub, dan bahagia yang mengaliriku seketika itu juga. Ini kan kisah tentang anggur manis yang Yesus sediakan pada waktu
menghadiri perkawinan di Kana.
"Sayang, ada anggur manis," bisikku pada kekasihku, terpana. Memoriku langsung bergerak menuju Juli
kemarin, waktu dalam doaku aku meminta kepada Tuhan, biar Dia memberikan anggur
manis pada hari pernikahanku. Mana aku menyangka sama sekali, bahkan melalui
khotbah yang disampaikan pun, Tuhan mau menyuguhkannya bagi kami. “Terima
kasih, Tuhan,” dalam hati ku menyeru, tanpa bisa kukecut senyumku. Sebuah
mukjizat!
“Sebenarnya saya kurang mahir
berkhotbah memakai Bahasa Indonesia,” ujar Pendeta Devi sambil tertawa kecil
pada kami waktu konseling pra nikah tempo hari di kantor klasis GBKP Kabanjahe.
Lama melayani jemaat di salah satu desa dekat kaki Gunung Sinabung, membuatnya
menjadi lebih fasih berbicara dengan Bahasa Karo dan mulai agak kesulitan
menemukan padanan kata yang enak jika harus mengenakan Bahasa Indonesia.
Terus terang, pengakuan Pendeta Devi
itu sempat bikin pikiranku hampir-hampir mengkhianatiku. Resah kalau-kalau
pesannya tak tersampaikan dengan baik. Tapi kembali lagi, menyerahkan segalanya
dalam kendali Tuhan adalah yang terbaik bisa dilakukan untuk mengusir khawatir
itu.
|
Pendeta Devi Br. Sembiring |
Secara khusus memang, kami memintakan
kepada runggun gereja agar liturgi pernikahan kami memakai Bahasa Indonesia,
meski lazimnya di Kabanjahe, GBKP pasti menggunakan bahasa daerahnya. Alasan
kami, yaitu (calon) suamiku berasal dari suku Batak Toba, tentu akan kesulitan
mencerna, bahkan tidak akan paham sama sekali kalau bahasa Karo yang
disampaikan. Sebuah anugerah yang luar biasa pula, sebab liturgi kemudian
dibuat berbahasa Indonesia hampir seluruhnya, hanya pada lagu-lagu pujian saja
dipadukan dengan bahasa Karo. Pun, Pendeta Devi dengan luwes menyampaikan
khotbahnya dari mimbar, mengenakan bahasa Indonesia dan pesannya pun tersampaikan.
Pokoknya, Tuhan bikinku tersenyum terus hari itu. Thank You, Lord.
|
Pernikahan Berkat & Sevi - Liturgi pernikahan |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
Tema yang dipilih pun sangat menarik
menurutku. Termasuk ketika Pendeta Devi membukakan tentang sebuah fenomena yang
sering terjadi di tengah masyarakat waktu menghadiri pesta pernikahan. “Apa
yang sebenarnya paling menarik perhatian kita?” lantang ia meluncurkan tanya,
kemudian sejurus kemudian disodorkannya pula beberapa kemunginan-kemungkinan yang
bisa jadi jawaban. Dan memang ya, itu realita.
Ketika menghadiri suatu pesta
pernikahan, seringkali banyak orang amat getol memerhatikan makanan yang
disajikan si empunya pesta, baju yang dikenakan orang lain, koor, atau
barangkali dekorasi, dan lain sebagainya. Kemudian jika makanan kurang enak,
itu bisa jadi bahan olokan, misalnya. Makanya, tak heran kalau yang akan
mengadakan jamuan juga ikut pusing untuk memersiapkan hal-hal itu,
sampai menguras begitu banyak energi, emosi, pun materi. Padahal toh
meskipun dibuat semegah mungkin, paling-paling hanya akan disanjung selama beberapa waktu saja. Selepasnya, orang pun akan kembali lupa. Lalu
kenapa ya, kita kok mau-maunya dipusingkan dengan persoalan remeh-temeh begitu?
Banyak hal yang Tuhan sampaikan hari
itu lewat Pendeta Devi, termasuk tentang kehidupan pernikahan. Memang bukan
sebuah jalan senang lempeng tiap waktu yang Tuhan tawarkan, bukan hidup tanpa
beban secuil pun. Lika-liku rumah tangga, jelas pasti ada. Hanya, yakin dan
percaya bahwa di tengah kesulitan sekalipun, Tuhan hadir. Ia sungguh teramat
peduli dengan pernikahan. Kapan saja anak-Nya memerlukan pertolongan, Ia hadir
di sana. Mencukupkan segala yang diperlukan, tidak pernah terlambat walau
sedetik.
Hal yang mustahil bagi manusia,
mungkin bagi-Nya. Yesus mengubah air menjadi anggur pada sebuah pesta
pernikahan di Kana, di mana anggur bagi para tamu habis sudah, sementara pesta masih
belum usai. Bayangkan masalah yang mungkin terjadi hari itu, jika tak ada lagi
anggur yang disodorkan ke hadapan undangan. Lihat, betapa pentingnya sebuah
pernikahan dalam pandangan-Nya.
Setiap detik waktu menuju pemberkatan
kudus pernikahan kami hari itu begitu dalam terasa olehku. Kunikmati kehadiran
Tuhan di sana bersama-sama dengan kami. Tidak sedetikpun Ia meninggalkan. Sampai pendeta memanggil kami berdua
menuju altar, jantungku mulai berdegup lebih kencang. Pada hari-hari
sebelumnya, ada rasa takut yang sedikit mencubitku. Bagaimana kalau saking
berdebar-debar hati ini, lantas lupa janji nikah yang hendak disebutkan nanti.
Puji Tuhan, kata demi kata lancar terucap, sebab Tuhan tuntun.
|
Iban luka-Na maka kita enggo malem |
|
Mengucapkan ikrar pernikahan. Haru + bahagia aku mendengarnya. |
|
Mengucapkan ikrar pernikahan. Momen menakjubkan. |
|
Pemberkatan pernikahan - Berkat & Sevi |
“Saya Sepfiany Evalina Br. Ginting
mengambil engkau, Berkat laksana Panggabean sebagai suamiku dan dengan ini
berjanji menerima engkau dalam senang maupun susah, dalam sehat maupun sakit,
dalam suka maupun duka. Saya berjanji untuk menjaga kekudusan pernikahan kita
sampai Allah memisahkan kita melalui kematian,” ujarku di hadapan seluruh
jemaat yang hadir, pendeta, (calon) suamiku, dan yang terutama di hadapan
Allah. Bergantian kami
ucapkan sambil berjabat tangan dan menatap mata satu sama lain dalam-dalam. Sebuah ikrar pernikahan di hadapan Allah, bukan sembarangan diucap untuk
dilupakan. Dan dalam menjalani kehidupan rumah tangga – yang memang baru seumur
jagung ini – secara luar biasa, Allah memelihara kami dengan janji nikah tersebut.
|
Di altar |
|
Tukar cincin |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
Pemberkatan pernikahan hari itu
menjadi momen yang begitu kudus dan manis. “Aku sudah menjadi isteri. Kami
sudah menikah,” berulang kali kalimat itu menggema di hatiku, yang lagi-lagi
bikinku bolak-balik tersenyum. Syukur,
haru, dan bahagia tak terkira banyaknya. Kuyakin raut muka ini amat cerah waktu
itu, secerah cuaca Kabanjahe hari itu. Yes, cuaca yang baik pun Tuhan berikan.
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
Setelah seluruh rangkaian ibadah
tuntas dilakukan, sebentar disempatkan foto bareng keluarga dan kolega sebelum
bergerak menuju jambur dari gereja. Tidak bisa berlama-lama memang, lantaran
acara adat juga bakal padat betul. Adat Karo dipadu dengan adat Tapanuli. Jadi,
setiap detik waktu harus dimaksimalkan. Meskipun sebenarnya aku masih ingin
lebih banyak lagi foto yang bisa ditangkap mata kamera sewaktu di gereja.
Keluar gereja, suamiku sempat
mengambil camilan konsumsi undangan tadi, biar bisa kami makan sembari
perjalanan ke jambur. Lumayanlah untuk mengganjal perut. Apalagi tadi juga cuma
sarapan ala kadarnya.
|
Tuh, camilan yang sempat diambil |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
Setibanya di jambur, tanpa ba-bi-bu,
kami langsung diboyong untuk secepat bisa mengganti pakaian. Banyak detail adat
Karo pada baju pengantin turut ditambahkan, termasuk tudung atau tutup kepala pada pengantin perempuan. Iya, itu
dipasangkan di kepalaku, yang beratnya, uh, sukses betul membuat kepala ini
nyut-nyutan tidak kepalang.
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
Umurku udah hampir 25 kok |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi (pasang tudung) |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
Tatapan kamu itu lho, sayang.. |
Usai tata rias, masuklah acara adat.
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
Ini kocak. Haha.. Ada Doraemon |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
Baru memasuki satu jam pertama,
ingin buru-buru kucopot tudung itu
dari kepalaku, sudah tak tahan lagi menanggung nyeri dan panas di kepala saking
beratnya kurasa. Apalagi di kening bagian kiri. Duh, minta ampun. Seperti
ditusuk-tusuk. Dalam hati, tak henti kupanjatkan doa, semoga Tuhan
mengizinkanku mengikuti rangkaian acara adat tersebut sampai tuntas, meski
sakit di kepala la terkataken nari - tak lagi terungkapkan.
“Jangan sampai pingsan, ya Tuhan,”
pintaku, lalu sedapat mungkin memasang wajah semringah terus sepanjang acara.
Muka kecut tidak menolong meluapkan nyut-nyut itu sama sekali, jadi untuk apa
juga kan? Hehehe.. Memang, sakitnya tidak hilang sampai akhir acara, tapi Tuhan hadir di sana menguatkanku. Syukurlah, pada foto-foto yang diabadikan pun, kulihat hampir seluruhnya wajah kami berseri-seri.
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (Disawer amang simatua) |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (Disawer amang sama inang) |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (Disawer bapak) |
|
Gantian, aku yang dapat saweran dari bapak. Haha |
|
Nyanyi dua lagu. Satunya judulnya "Seh manisna" |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pada ngeliatin kita nyanyi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
Ini bikin degdegan juga. Nyanyi depan undangan, sementara nggak pandai nyanyi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi. Paling senang lihat muka ketawa begini. |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (Menarinya juga baru belajar) |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (sambil ngobrol) |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (lagi landek/nari, bisa cekikikan begini. Hhi) |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (Ini lagi, ekspresinya itu loh.. Hhi) |
|
Pernikahan Berkat & Sevi - keponakan kesayangan. Ece panggilannya. |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (Suk-suk/ jongkok) |
|
Landek/ menari - Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi (bagi-bagi tukur) |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Karo - Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
ini udah kelaparan kali sebenarnya, cuma perut ketekan longtorso |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
Dapat Manuk Naiatur dari tulang dan mami (special request) |
|
Ulos dari tulang dan mami (Simalungun) |
|
Ulos dari tulang dan mami (Simalungun) |
Sungguh teramat lega luar biasa, Tuhan menopangku menjalani
pesta adat hari itu sampai selesai. Waktu tudung
dilepas, ada benjolan di kening kiriku. Menjadi penanda sampai dua tiga hari
setelahnya bahwa pesta pernikahan kemarin begitu luar biasa… hahha.. luar biasa
lelahnya, nyut-nyutannya, tapi lebih luar biasa lagi penyertaan Tuhan sepanjang
acara. Ada berlimpah sukacita.
|
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi) |
|
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi) |
|
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi) |
|
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi) |
|
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi) |
|
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi) |
|
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi) |
|
Pernikahan Adat Tapanuli - Berkat & Sevi (Mangulosi) |
***
Aku memerhatikan foto-foto pernikahan
kami yang jumlahnya hampir tiga ribu file. Tersenyum aku mendapati banyak
senyum di sana. Oh, Tuhan, terima kasih.. Hhihi..
|
Pelaminan pernikahan - Berkat & Sevi |
|
Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
sekarbersajak - Pernikahan Berkat & Sevi |
|
Serius, ini ekspresinya kocak semua.. kecuali aku. Hha |
|
Bapak, Berkat, Sevi, Mamak |
Apalagi waktu menengok fotoku dan suami bersama bulang dan tigan (orangtua bapak), hehehe. Beberapa waktu
sebelumnya, bulang sempat sakit dan mengharuskannya beristirahat total, bahkan
sempat pula terpaksa dirawat di klinik. Saat sudah dibawa pulang pun, beberapa kali
bulang mengerang seharian lantaran sakit tak tertahan di sekujur tubuhnya.
Terang saja, pikiran bapak menjadi terbelah ke persiapan pernikahan puteri
sulungnya, juga kondisi bulang – ayahnya. Jangankan bapak, aku saja jadi kepikiran.
|
Bulang, Berkat, Sevi, tigan |
Kekhawatiranku nyaris tak bisa
kubendung. Bagaimana kalau sampai di hari pernikahanku nanti, bulang masih
sakit? Jalannya pesta pernikahan tentu akan.. ah,…
Pada waktu itulah, aku pun semakin
menyadari bahwa Allah-lah pemilik hari esok. Kita manusia hanya bisa
merencanakan, namun tetap Allah yang punya kuasa atas segalanya. Hari itu
bulang yang sakit, tapi entah apa lagi yang akan terjadi sepanjang hari menuju pernikahan
kami, tidak seorangpun tahu dan tidak seorangpun mampu mengendalikan, hanya
Allah saja. Bergantung dan berpengharapan kepada Allah adalah satu-satunya cara
untuk tetap tenang.
Dan melihat foto berempat itu, jelas bikinku kembali
tersenyum. Betapa Tuhan baik bagi kami.
***
|
Catatan Sipil
|
Pernikahan adalah sesuatu yang
kunantikan sudah sejak lama. Aku mau menikah, ingin menantikan Tuhan
menghadirkan pria yang tepat ke sisiku dan menyatakan waktu yang tepat.
Pada 25
Mei 2014 lalu, di acara “Family Day” Perkantas se-Sumbagut yang diadakan selama
tiga hari berturut-turut di Parapat, di sanalah momen pertemuanku dengan
suamiku untuk pertama kalinya. Waktu itu, dia adalah salah satu peserta dari
Padang (disertakan dalam wilayah Sumbagut – Sumatera bagian Utara) dan aku
turut serta dari Medan.
|
Hold my hand |
Banyak hal yang kami pelajari bersama
sepanjang proses penantian, termasuk soal ketekunan dalam berdoa, mengenali
karakter pasangan dan diri sendiri, keterbukaan, kejujuran, kesetiaan, kesabaran, penerimaan,
pengampunan, dan yang terutama adalah tetap menikmati hadirat Tuhan di tengah
perasaan yang bergejolak. Kadang terasa sukar lantaran kedagingan menggeliat
tak kenal lelah. Namun, di situ pulalah belajar dan belajar. Kalah pernah, tapi
bersyukur sekali, sebab Tuhan terus mengingatkan untuk bangkit kembali dengan
berbagai cara, misalnya melalui Firman, juga melalui kawan-kawan penyokong
rohani.
Sepanjang proses hubungan ini, tidak
melulu ceria yang memeluk kami hari lepas hari. Air mata pun pernah datang mengaliri, bahkan
hampir menenggelamkan tanpa peduli sesak kami. Namun, di sana pulalah, aku –
kami, benar-benar mengalami pertolongan Tuhan yang selalu tepat waktu. Tidak
pernah sekalipun dibiarkan-Nya kami sampai kehabisan napas.
***
|
Pernikahan Berkat & Sevi |
|
Pernikahan Berkat & Sevi |
Hari ini, usia pernikahan kami baru
sebulan lebih sedikit. Masih cencen betul
dan masih hangat-hangatnya kalau kata orang. Iya, pengantin baru. Hehehe.. Bersyukur,
sebab Tuhan langsung menyediakan KTB Pasutri (Kelompok Tumbuh Bersama Pasangan
Suami-Isteri) dari Perkantas bagi kami. Tak cuma itu, tepat tanggal 5 September kemarin – sebulan
pernikahan ini, kami diajak ikut KKR Pasutri yang diadakan oleh CMNI di sini. *Oya, kami tinggal di
Pekanbaru sekarang* Rasanya itu menjadi kado yang manis dari Tuhan. Hhii..
Pada hari itu, kami berkesempatan
melihat hubungan pasutri senior (sudah berumur 40an) yang sangat hangat dan penuh
keromantisan kalau aku bilang. Sebuah pemandangan yang sungguh indah kan, melihat
suami-isteri berpelukan dengan penuh kasih mesra, tanpa terpaksa sama sekali. Di sana, kami kembali
diingatkan bahwa pernikahan ialah sebuah Rancangan Ilahi, pun diingatkan lagi tentang peran
suami dan isteri yang Allah nyatakan dalam Efesus 5:22-33.
Kubagikan ayat 33-nya di sini ya:
Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu
seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
Sampai detik aku menuangkan kisah ini
pada lembar ini, aku masih teramat bersyukur sebab Tuhan mempertemukanku dengan
pria yang kini menjadi suamiku. Aku mengasihinya dan menikmati pernikahan
kami. “Keterkejutan-keterkejutan” kecil menjadi pemanis dan bahan pembelajaran
bagi kami berdua untuk saling menerima dan mengajari. Dan, pernikahan penuh
kasih seperti inilah yang sudah sejak lama kunantikan. Inilah rindu yang
kesampaian itu.
Semoga kasih Kristus terus melingkupi keluarga kecil kami,
sebab hanya karena-Nya, kami bisa terus bertumbuh dan dimampukan mengasihi
pasangan, meski dengan segala perbedaan dan ketidaksempurnaan kami. Amin.
Nyanyian Kami
Sungguh kami kagum karya-Mu
Penuh kasih mesra tiap hari tanpa
jemu
Kami saksikan bagaimana kisah ini manis Kau ramu
Dan bawalah ya, Tuhan
Kami masuk dalam pernikahan
Saling mengasihi sampai kesudahan
Runtuhkanlah segala keakuan, pun
keangkuhan
Biarlah nama-Mu kami muliakan ya,
Tuhan
**Sebuah puisi yang
ditulis pada 15 Juni 2016 lalu.
No comments:
Post a Comment